Kamis, 17 Maret 2011

Menempatkan Diri menjadi Orang lain

Siapapun akan membela orang tuanya jika merasa terzolimi. Tapi akan lebih baik jika kita membela kebenaran. Jadi jika sudah berbuat benar tak perlu lah lagi meminta belas kasihan apalagi kepada seorang Makhluk yang sama derajatnya di mata Allah kecuali amal-amalnya. Biarlah mengharap Allah yang berlaku adil karena Ia memang Maha dari segalaMaha.

Ada komentar dari saudari yang mengatakan saya menuliskan posting sebelumnya karena saya anak dokter, coba jika saya jadi pasien. Saya sering jadi pasien dan keluarga pasien, dan tetntunya saya juga menginginkan pelayanan yang semaksimal mungkin.

Saya disini berbicara sebagai anak dokter tetapi juga sebagai dokter. Entah mengapa saya merasa pesimis dengan bangsa sendiri. Banyak lulusan dokter tapi sebenarnya hanya sedikit yang sejahtera. Dan karakter bangsa ini yang bangga terhadap barang luar memang susah dihilangkan. Padahal di Amerika sendiri kasus malpraktek banyak sekali, yang notabene banyak penemuan disana, di Amerika jauh lebih kaya pengacara daripada seorang dokter.

Kadang pasien juga lebih ikhlas jika operasi gagal di Singapura daripada di negri sendiri. Dunia medis di Indonesia banyak keberhasilan yang diperoleh tapi jarang diekspos, dan masyarakat pun kurang respek. Misal di satu RS ribuan operasi berhasil, nyawa orang tertolong, tak ada pemberitaan, tapi jika yang kata awam itu malpraktek langsung di ekspos dan menumbuhkan minat ke alternatif lebih besar. Padahal sering ditemukan pengobatan alternatih opininya banyak yang di bayar dari pasien, kesembuhan pun sedikit malah sering terjadi komplikasi. Mis, dukun patah tulang telah membuat pasien infeksi dan kaki membusuk, baru kemudian datang kedokter ketika sudah parah. Tapi tak pernah ada pemberitaan. Pemerintah dan media pun menggiring opini masyarakat untuk sadar medis malah menjauhi medis Indonesia. Miris sekali.

Itulah yg kadang membuat teman2 dokter agak setengah hati berjuang di desa terpencil yang kurang masyarakat kurang percaya medis.

Sugesti dan Psikis untuk merasa sembuh juga timbul akibat kepercayaan pasien terhadap penolongnya.

Dalam kasus sebelumnya sudah dijelaskan bahwa si pasien dari kecil memang mempunyai kelainan ginjal. Luka operasi rahimnya juga sudah sembuh dan tidak ada hubungannya sama sekali. Jika ingin lebih jelas saya akan menulis artikel selanjutnya kelak. Sebenarnya jika ada masalah langsung nyatakan dengan dokternya, jika dokter salah langsung ingatkan. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.

Jadi jika saya boleh memilih untuk menjadi kaya maka jadi pengusaha saja, menjadi dokter itu pengabdian bukan jalan untuk menjadi kaya. Pengorbanan seluruh hidup. Jika pun ada dokter yang kebetulan kaya itu memang sudah rezekinya.

Opini ini saya hadirkan bukan pembelaan. Bukan ingin mencari pembenaran. Hanya ingin mengajak teman sekalian agar lebih membuka pikiran tentang medis bukan percaya hal-hal mistis, lebih cerdas dan kritis juga jika menjadi pasien, dan tidak mencegah penggiringan opini oleh media untuk menjadi skeptis dan apatis terhadap medis di Indonesia yang tentunya untuk kepentingan kita bersama.

Wassallam.

"Mengapa aku minta belas kasihan? Jika aku divonis dengan benar, maka aku rela dengan hukum yg benar. Namun jika aku divonis dengan tidak benar, maka itu lebih benar bagiku daripada aku meminta belas kasihan kepada ketidak-benaran." (Sayyid Quthb)

Tidak ada komentar: