Jumat, 13 April 2012

Now, everything is bout Jabbar








Inilah perkembangan Jabbar dari lahir sampai 6 bulan. Jabbar yang lahir dengan berat 3,1kg dengan apgar 4/6 sekarang Alhamdulillah sehat dengan berat 10kg di usia 6 bulan. Tumbuh dan Berkembanglah anakku dengan hati yang tunduk pada-Nya. Mama Papa akan selalu berikan yang terbaik yang kami bisa

Senin, 28 November 2011

Ikhtiar dan Doa

Ketika menikah tanggal 16 Januari 2010, sudah berandai-andai dengan suami mau punya anak banyak, minimal 3. Suami hanya 2 bersaudara terasa sepi, aku aja yang 4 bersaudara masih terasa sepi. :D Namun dalam hati kecil ingin menunda satu tahun berhubung kami tidak melewati masa pacaran. Pengen punya waktu berdua, lagian aku masih koas di Medan dan suami ingin melanjutkan sekolah ke Jakarta. Okelah kapan saja diberikan amanah itu aku siap! InsyAllah

Melihat teman-teman yang kebetulan menikah dibulan yang sama bahkan beda seminggu banyak yang langsung hamil, hati ini ciut juga mendapati diri masih datang haid. Sampai 2 siklus aku masih biasa aja, ketika datang siklus ketiga dan dibarengi dengan pertanyaan basa-basi yang ga penting tapi menggalaukan hatiku "Udah Isi? si itu aja udah" berulang-ulang! Sampai saya merasa hamil dengan mual-mual padahal enggak, psikosomatis!! Suami pun minggu depan mau ke Jakarta melanjutkan sekolah trus kapan lagi hamilnya, tahun depan baru bisa bersama. *jingkrak-jingkrak*

Saya sedang koas obgyn, melihat bayi lahir tambah kepingin, melihat orang tua yang sengaja abortus, geram! melihat ibu melahirkan dengan berbagai komplikasi, pengen nunda dulu. Pokoknya sangan complicated yaaah!

Dan akhirnya terlambat haid 2 hari. Masih biasa sodara-sodara! ah ada libur 2 hari minggu depan, lumayan buat nengokin suami sekaligus program bikin anak. hehehehehe. Akhirnya tiket booked! Waktu itu giliran jaga 24 jam, ternyata ada flek ! Jiaaa nangis! Aku dapet lagi! Telpon suami suru dateng buat nenangin hati! Akhirnya suami dateng ke RS ngajak makan kemana aku mau. Yah suami yang baik memang anugrah. Aku pengen kopi!! cuma itu! akhirnya ke Starbucks sambil nangis-nangis setelah itu balik lagi ke RS.

Besoknya haid tidak datang, hanya flek kemarin, iseng-iseng beli test pack. Alhamdulillah 2 garis!!! Senangnya bukan main ternyata itu Harman sign tanda kehamilan.

Suami pun ke Jakarta, saya di Medan. Aaaah tidak terlalu sedih berpisah karena bakal ada yang menemaniku selalu dirahim ini.

Tetapi 12 minggu kemudian aku pendarahan. Abortus imminens. Ga tau penyebabnya apa, yang jelas agak depresi. Ujian bagian agak terganggu, suami pun di Jakarta, malah abang yang nemeni ke dokter.

Papa bilang "Alhamdulillah sudah pernah hamil, banyak orang yang merasakanya saja belum" tapi aku tetap ga terima apalagi papa yang dokter kandungan bilang kalau mau punya anak minimal 6 bulan lagi biar tidak berulang kegugurannya. Ok, aku tambah lemas menghadapi kenyataan bahwa menggendong anak tidak untuk dalam waktu dekat ini.

And my friends are always be my mood booster :)
Dan dalam penantian untuk hamil berikutnya kami jadi sempat bulan madu ke Bali. Cieeeee

Janin dimakamkan di belakang rumah
Rest In Peace my baby wanna be :')

Duhai Anakku, Aku cinta

Di dalam blog ini saya akan mencoba share tentang pengalaman saya menjadi seorang ibu. Semoga anak saya bisa membaca blog ini ketika dia sudah dewasa dan menyadari bahwa kasih sayang seorang ibu memang tak terhingga, tapi ibu tetaplah manusia, tempat salah dan lupa, tempat belajar juga.

Duhai anakku
Aku cinta

Kamis, 17 Maret 2011

Renungan

7 orang yg mendapatkan naungan Allah dgn rahmatNya d Padang Mahsyar ialah :
  1. Pemimpin yg adil
  2. Remaja yg rajin beribadah
  3. Lelaki yg hatinya dipertautkan dgn masjid-masjid
  4. Dua oang yang saling cinta-mencintai karena Allah
  5. Lelaki beriman yg ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu ia menjawab: "Sesungguhnya aku takut kpd Allah"
  6. Orang yang bersedekah dgn ikhlas
  7. Orang yg selalu berzikir kpd Allah
Semoga kita termasuk diantara orang tersebut. Amin , Amin Allahuma Amin Ya Rabbillalamin

Menempatkan Diri menjadi Orang lain

Siapapun akan membela orang tuanya jika merasa terzolimi. Tapi akan lebih baik jika kita membela kebenaran. Jadi jika sudah berbuat benar tak perlu lah lagi meminta belas kasihan apalagi kepada seorang Makhluk yang sama derajatnya di mata Allah kecuali amal-amalnya. Biarlah mengharap Allah yang berlaku adil karena Ia memang Maha dari segalaMaha.

Ada komentar dari saudari yang mengatakan saya menuliskan posting sebelumnya karena saya anak dokter, coba jika saya jadi pasien. Saya sering jadi pasien dan keluarga pasien, dan tetntunya saya juga menginginkan pelayanan yang semaksimal mungkin.

Saya disini berbicara sebagai anak dokter tetapi juga sebagai dokter. Entah mengapa saya merasa pesimis dengan bangsa sendiri. Banyak lulusan dokter tapi sebenarnya hanya sedikit yang sejahtera. Dan karakter bangsa ini yang bangga terhadap barang luar memang susah dihilangkan. Padahal di Amerika sendiri kasus malpraktek banyak sekali, yang notabene banyak penemuan disana, di Amerika jauh lebih kaya pengacara daripada seorang dokter.

Kadang pasien juga lebih ikhlas jika operasi gagal di Singapura daripada di negri sendiri. Dunia medis di Indonesia banyak keberhasilan yang diperoleh tapi jarang diekspos, dan masyarakat pun kurang respek. Misal di satu RS ribuan operasi berhasil, nyawa orang tertolong, tak ada pemberitaan, tapi jika yang kata awam itu malpraktek langsung di ekspos dan menumbuhkan minat ke alternatif lebih besar. Padahal sering ditemukan pengobatan alternatih opininya banyak yang di bayar dari pasien, kesembuhan pun sedikit malah sering terjadi komplikasi. Mis, dukun patah tulang telah membuat pasien infeksi dan kaki membusuk, baru kemudian datang kedokter ketika sudah parah. Tapi tak pernah ada pemberitaan. Pemerintah dan media pun menggiring opini masyarakat untuk sadar medis malah menjauhi medis Indonesia. Miris sekali.

Itulah yg kadang membuat teman2 dokter agak setengah hati berjuang di desa terpencil yang kurang masyarakat kurang percaya medis.

Sugesti dan Psikis untuk merasa sembuh juga timbul akibat kepercayaan pasien terhadap penolongnya.

Dalam kasus sebelumnya sudah dijelaskan bahwa si pasien dari kecil memang mempunyai kelainan ginjal. Luka operasi rahimnya juga sudah sembuh dan tidak ada hubungannya sama sekali. Jika ingin lebih jelas saya akan menulis artikel selanjutnya kelak. Sebenarnya jika ada masalah langsung nyatakan dengan dokternya, jika dokter salah langsung ingatkan. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.

Jadi jika saya boleh memilih untuk menjadi kaya maka jadi pengusaha saja, menjadi dokter itu pengabdian bukan jalan untuk menjadi kaya. Pengorbanan seluruh hidup. Jika pun ada dokter yang kebetulan kaya itu memang sudah rezekinya.

Opini ini saya hadirkan bukan pembelaan. Bukan ingin mencari pembenaran. Hanya ingin mengajak teman sekalian agar lebih membuka pikiran tentang medis bukan percaya hal-hal mistis, lebih cerdas dan kritis juga jika menjadi pasien, dan tidak mencegah penggiringan opini oleh media untuk menjadi skeptis dan apatis terhadap medis di Indonesia yang tentunya untuk kepentingan kita bersama.

Wassallam.

"Mengapa aku minta belas kasihan? Jika aku divonis dengan benar, maka aku rela dengan hukum yg benar. Namun jika aku divonis dengan tidak benar, maka itu lebih benar bagiku daripada aku meminta belas kasihan kepada ketidak-benaran." (Sayyid Quthb)

Selasa, 22 Februari 2011

Surat untukku

Akhir-akhir ini sering sekali muncul tulisan di blog yang mengatasnamakan surat dari anak yang ibu/ayahnya bermasalah. Tujuan semuanya sama, mencari pembenaran, pembelaan ataupun simpati yang mungkin, mungkin saja meringankan beban orang tua sedikit.

Dan kali ini giliran saya.

Setiap anak bangga akan orang tuanya masing-masing, begitu pun saya. Karena kita tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih akan lahir oleh siapa kita. Saya bangga mempunyai ayah dokter, saya tau betapa berat perjuangannya dari kecil. Jarang ikut acara keluarga ataupun liburan, padahal ia butuh. Telepon tidak pernah berhenti berdering siang dan malam. Bukan hanya mengorbankan dirinya sendiri untuk sebuah profesi ini, tapi kami mungkin anak-anaknya. Kalau ada orang bilang, enak ya jd dokter, banyak duitnya. Dalam hati saya selalu miris, banyak yg harus dikorbakan untuk menjadi dokter. Kalo emang mau kaya, ya jadi pengusaha.

23 tahun bukan waktu yang sebentar bagi seorang dokter ahli kandungan dan kebidanan untuk mengabdi di kota yang lumayan kecil. Bahkan banyak anak yang ditolongnya dulu, kini melahirkan anaknya lagi ditolong papa. Ia tak pernah mengeluh sedikitpun dengan kelelahannya. Walau sudah 62 tahun, papa masih kuat untuk menolong pasien. Berbagai keberhasilan pun banyak diraih, menolong bayi kembar 3, bayi 6 kg, tumor 28kg, yah, ga bisa disebutkan karena 23 tahun memang waktu yang tak sebentar. Kini di umur 62 tahun sebenarnya ia bisa menikmati hari tuanya dengan hanya melihat cucu, jalan2 atau mengerjakan hobinya. Karena usaha sampingan yang sama sekali tidak berhubungan dengan medis yang dijalankan mama lebih banyak mengcover kehidupan kami sehari-hari, tapi papa tetap tak mau meninggalkan profesi medis yang terlanjur sangat ia cintai.

sampai suatu ketika saya membaca berita ini dari metro tv news

Metrotvnews.com, Asahan: Diduga menjadi korban malapraktik seorang dokter di Asahan, Sumatra Utara, ibu dua anak kritis usai menjalani operasi. Reni, ibu dua anak, terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Adam Malik Medan, setelah sepekan operasi kondisinya kritis dan belum juga sadar. Reni diduga menjadi korban malpraktik dokter Sa'ad yang merupakan dokter spesialis kebidanan, pekan lalu.

Korban mengalami kritis setelah operasi kista dirahimnya hasil diagnosa sang dokter di Klinik Utama Kisaran, Sumatra Utara. Ironisnya setelah dirujuk ke RSU Abdul Manan Kisaran, korban malah didiagnosa mengalami gagal ginjal, hingga harus dirujuk kembali ke RS Adam Malik Medan untuk penangangan intensif. Kondisi korban dikabarkan semakin memburuk. Pihak keluarga korban berencana melaporkan dokter malapraktik ini ke pihak Kepolisian Resor Asahan.

Menurut ibu korban Nursiah, putrinya mengalami kejang-kejang dan bibir merot serta tidak buang kecil pasca operasi kista sang dokter. Korban juga belum sadarkan diri.

Sementara, saat ditemui di klinik utama tempat sang dokter berpraktek, dokter yang usianya sudah cukup tua ini langsung menghindar dan melarikan diri dengan mobilnya, meninggalkan sejumlah pasien yang menunggu giliran.(Jamiin Damanik/RIZ)


Yah cukup sudah cerita papa saya, karena akhirnya toh jatuh pada penilaian yang sangat objektif. Sekarang kita membahas berita yang minimpa papa saya, eh sebut saja dokter ini, agar memandangnya lebih objektif. Seorang dokter dikatakan malpraktik jika melakukan prosedur yang salah terhadap pasien. Pada pasien, komplikasi pun bisa terjadi kapan saja, bahkan di praktek umum sekali pun, ada pasien yang alergi terhadap obat tertentu sampai ia menderita pengelupas kulit yang sangat parah, alergi itu tak pernah dikterahui sebelumnya oleh dokter manapun baik si pasien sendiri. Tapi jika dokter itu telah melakukan prosedur yang benar , maka ia bebas dari tuntutan.

Sebelum operasi pasien harus mengetahui bagaimana kondisinya dahulu. Dalam kasus ini, pasien mempunyai penyakit ginjal bawaan dan beberapa sindrom lainnya yang dibawa sejak lahir. Jika pasien sudah mengerti komplikasi operasi dan menyetujui , menandatangani sendiri persetujuan operasi. Maka prosedur sudah sebagaimana mestinya. Pasien pun harus lebih pintar, bukan pintar-pintar mencari kesalahan dokter.

Yah unuk mendukung pernyataan ini seharusnya memang saya mencantumkan data, tapi ini hanya medengar cerita dari mama saya yang cukup tenang menghadapi smua ini. Papa juga sangat tenang, karena telah melakukan hal yang benar. Keluarga Pasien ini pun sebenarnya tidak masalah dengan ini, karena luka operasi sembuh dan tak ada masalah.

Yang saya sesali kenapa media paling senang memberitakan hal-hal yang menakut-nakuti masyarakat. Membesar-besarkan masalah. Bener kata @pandji buat apa kita ngeluarin uang langganan koran untuk berita krimanal smua, korupsi, selingkuh, perceraian, pembunuhan, pemerkosaan. Media seperti ingin mengadu domba bangsanya sendiri.

Mengapa media jarang menampilkan liputan prestasi anak negri. Banyak dokter yang harus meregang nyawa karena tenggelam, komplikasi malaria karena bekerja di daerah terpencil yang endemis malaria. Tak pernah diberitakan sedikitpun berita yang menginspirasi. Semua berita hanya mengaduk emosi pembaca dengan mencari-cari kesalahan.

Dan kadang saya sayangkan, memang tidak semua, wartawan banyak yang memeras, tentu pejabat paling banyak merasakan hal ini, tetapi keluarga saya juga pernah.

Percaya hukum di Indonesia ini pun seperti mempercayai suami yang sudah pernah selingkuh ribuan kali. Sulit rasanya. Tapi inilah Indonesia. Bangsa yang kucinta.